"Dalam Hidup Santai Hampir Tidak Ada"

Sunday, June 5, 2022

Analisis Peta Kerawanan Bencana Erosi Desa Jatiroke

Metode analisis yang digunakan adalah metode USLE. Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) merupakan sebuah metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan kehilangan tanah akibat erosi. Metode ini memungkinkan untuk memprediksi laju erosi tahunan rata-rata jangka panjang suatu tempat yang memiliki kecuraman lereng dengan pola curah hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman, jenis tanah, dan tindakan konservasi lahan (praktik pengelolaan).[1] Dalam proses pembuatan peta kerawanan bencana erosi Desa Jatiroke dilakukan overlay/ intersect karena perlu penggabungan 5 buah set data spasial, diantaranya data faktor R (faktor erosivitas curah hujan), faktor LS (faktor panjang dan gradien slope), faktor P (faktor konservasi),  faktor K (faktor erodibilitas), dan faktor C (faktor tutupan lahan) yang tujuannya untuk mendapat hasil akhir berupa tingkat bahaya erosi yang diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan (kategori). Informasi klasifikasi tingkat bahaya erosi pada peta didasarkan pada hasil perkalian nilai/indeks 5 faktor tersebut (TBE). Hasil analisis menunjukan bahwa laju erosi di Desa Jatiroke didominasi oleh tingkat sangat ringan (TBE < 15) seluas 3146872.142  , kemudian tingkat ringan (15 < TBE < 60) seluas 45886.73461 , dan terakhir tingkat sedang (60 < TBE < 180) seluas 102.4683702 . Luas lahan tersebut didapat dari pengolahan data pada ArcGIS dengan sistem proyeksi Mollweide (equal area).

Dengan demikian, kerentanan erosi Desa Jatiroke masih berada pada batas yang diperbolehkan akan tetapi perlu terus diperhatikan dan dilakukan monitoring secara berkala karena terdapat daerah yang memiliki tingkat laju erosi sedang. Maka dari itu untuk memperkecil kemungkinan terjadinya erosi perlu dilakukan strategi konservasi tanah yang baik dengan tindakan agronomi yang memanfaatkan peran vegetasi untuk melindungi tanah dari erosi. Oleh karena itu, pemilihan vegetasi dan pengelolaan tanaman tutupan lahan perlu diperhatikan. Vegetasi untuk tutupan lahan yang baik (nilai faktor C rendah) adalah sawah beririgasi, sawah tadah hujan, bambu, dan kopi. Kemudian perlu diperhatikan pula teknik konservasi tanah dengan tindakan mekanis yang memanfaatkan pengelolaan tanah karena berkaitan dengan cara-cara menyiapkan tanah untuk mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan struktur tanah sehingga lebih tahan terhadap erosi, misalnya pemasangan/pembuatan teras untuk mengontrol aliran air dan udara. Teras yang cocok dengan nilai indeks konservasi tanah yang rendah adalah teras bangku (Benchh Terrace, good).[2] Kedua alternatif tersebut perlu dibarengi dengan kerja sama yang baik antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat setempat, agar informasi tersebut dapat tersampaikan dan terealisasi dengan baik.[3]



[1] Yeza Febriani, “PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG,” 2013, 6.

[2] R. P. C. Morgan, Soil Erosion and Conservation, 3rd ed (Malden, MA: Blackwell Pub, 2005).

[3] Q A’yunin, “PREDIKSI TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE DI LERENG TIMUR GUNUNG SINDORO,” 2008, 55.





No comments: