Metode analisis yang digunakan adalah metode USLE. Metode
USLE (Universal Soil Loss
Equation) merupakan sebuah
metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan kehilangan tanah akibat erosi.
Metode ini memungkinkan untuk memprediksi laju erosi tahunan rata-rata jangka
panjang suatu tempat yang memiliki kecuraman lereng dengan pola curah hujan
tertentu untuk setiap macam pertanaman, jenis tanah, dan tindakan konservasi
lahan (praktik pengelolaan).[1] Dalam
proses pembuatan peta kerawanan bencana
erosi Desa Jatiroke dilakukan overlay/
intersect karena perlu penggabungan 5
buah set data spasial, diantaranya data faktor R (faktor erosivitas curah
hujan), faktor LS (faktor panjang dan gradien slope), faktor P (faktor konservasi), faktor K (faktor erodibilitas), dan faktor C
(faktor tutupan lahan) yang tujuannya untuk mendapat hasil akhir berupa tingkat
bahaya erosi yang diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan (kategori). Informasi klasifikasi tingkat bahaya
erosi pada peta didasarkan pada hasil perkalian nilai/indeks 5 faktor tersebut
(TBE). Hasil analisis menunjukan bahwa laju erosi di Desa Jatiroke didominasi
oleh tingkat sangat ringan (TBE < 15) seluas 3146872.142
Dengan demikian, kerentanan erosi Desa Jatiroke masih
berada pada batas yang diperbolehkan akan tetapi perlu terus diperhatikan dan
dilakukan monitoring secara berkala karena terdapat daerah yang memiliki
tingkat laju erosi sedang. Maka dari itu untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya erosi perlu dilakukan strategi konservasi tanah yang baik dengan
tindakan agronomi yang memanfaatkan peran vegetasi untuk melindungi tanah dari
erosi. Oleh karena itu, pemilihan vegetasi dan pengelolaan tanaman tutupan
lahan perlu diperhatikan. Vegetasi untuk tutupan lahan yang baik (nilai faktor C
rendah) adalah sawah beririgasi, sawah tadah hujan, bambu, dan kopi. Kemudian
perlu diperhatikan pula teknik konservasi tanah dengan tindakan mekanis yang
memanfaatkan pengelolaan tanah karena berkaitan dengan cara-cara menyiapkan
tanah untuk mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan struktur tanah
sehingga lebih tahan terhadap erosi, misalnya pemasangan/pembuatan teras untuk
mengontrol aliran air dan udara. Teras yang cocok dengan nilai indeks
konservasi tanah yang rendah adalah teras bangku (Benchh Terrace, good).[2] Kedua alternatif tersebut perlu dibarengi dengan kerja
sama yang baik antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat setempat, agar informasi
tersebut dapat tersampaikan dan terealisasi
dengan baik.[3]
[1] Yeza Febriani,
“PREDIKSI EROSI MENGGUNAKAN METODA USLE PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI
DAERAH JALUR LINTAS BENGKULU-KEPAHIANG,” 2013, 6.
[2] R. P. C. Morgan, Soil
Erosion and Conservation, 3rd ed (Malden, MA: Blackwell Pub, 2005).
[3] Q A’yunin,
“PREDIKSI TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE DI LERENG TIMUR GUNUNG
SINDORO,” 2008, 55.
No comments:
Post a Comment